Analisis Karakter: Kapten Kaizo [Boboiboy]
Kapten Kaizo? Kembaran baru Sasuke dan Noctis FF XV atau siapa? Di sini, gue meringkas segala hal tentang penokohannya secara teknis kepenulisan.
[Disclaimer: full of spoiler]
Analisis karakter pertama oleh spesies remahan rempeyek yang sotoynya keterlaluan. Salah satu alasan kenapa gue bertahan di fanbase “kartun anak” seserius ini adalah karena script writing-nya, dan yang pasti Kaizo itu sendiri. Bisa dibilang serial kartun dengan target pemasaran berkisar 5-17 tahun ini punya teknik storytelling yang lumayan menarik, terlepas dari animasi 3D-nya yang kece dan filer-filernya yang ngakak abis. Sebisa mungkin gue hanya mengetik perihal teknis dan meminimalisir komentar fangirl.
Mengesampingkan antagonis filer yang bertumpuk dan tidak terlalu menguatkan plot (Koko Jumbo, Raksasa Bawang, Raksasa Perisai, Multi Monster, Mama Zila, I'm calling you all), gue selalu suka cara penyajian benang merah plot twist yang lumayan mengesankan di BOBOIBOY. Karena syarat dasar plot twist berhasil adalah tidak tertebaknya apapun meski sudah meninggalkan petunjuk. Tak hanya berkriteria antagonis hasil plot twist berbobot, yang satu ini hanya tampil di tiga episode terakhir, membawa impact ke plot selanjutnya, dan yang paling nampol, penampilan pertama yang BEUH banget!
Beribu tepuk tangan untuk yang nulis cara Kaizo pertama muncul! Perasaan dibuat meledak bahkan kesannya tak menghilang sampai kemunculan-kemunculannya setelah ending. Bahasan ini bukan ketika dia dicurhatin Bagogo yang berakhir bertemu Ejojo di Hospital HARAM (musim 3, episode 20). Meski secara personal gue suka mengulang adegan ini karena latar dia sebagai "bos tajir" tergambar jelas, tetapi bukan ini penampilan perdana sesungguhnya.
Mencolek prinsip jumpscare menurut Insider, membuat sesuatu yang mengagetkan, meledakkan, memicu mulut ternganga dibutuhkan pengalihan. Peran Ejojo, tegangnya menunggu kedatangan dia lewat facebook (musim 3, episode 24), bahkan persiapan Adudu dan Probe balas dendam hingga bergabung dengan tim Boboiboy, semuanya berguna. Pengalihan sebanyak ini berhasil menguras emosi dan waktu bagi penonton untuk merasakan kehebatan Ejojo yang superkuat, bahkan di saat sosoknya belum muncul.
Namun setelah Ejo Jo mendarat dan memamerkan armornya, hancur! Datang lagi yang lebih dahsyat dari si jangkrik kepala kotak.
Jantung dan otak belum nyampe ke cerita, penasaran akan wujud di balik topengnya, bahkan kepala masih meneriakkan, “Yo we-te-ef, sape nih? Temen Ejojo apa gimana?” Terbangun dari pengalihan sempurna, menggambarkan mahakuatnya sosok baru datang ini tanpa dialog memang gokil banget. Sementara kita cuma bisa, “Gila, Boboiboy dan kawan-kawan harus ngalahin dia? Ejojo aja k.o, Adudu ama Probe malah kabur pula.”
Lo pikir loncat-loncatnya nih jantung selesai di sini? Nggak. Ada Fang, yang notabene termasuk tim Boboiboy dan terlanjur disayang penonton juga Ochobot, malah berdiri di sisi dia. Berlanjut ke dialog pertama doi memperkenalkan diri, tambah panaslah suasana ini (oke, ini kaum hawa korban banget).
Dengan menyisipkan adegan Fang menghubungi seseorang di rumah hantunya di tengah episode filer yang menyenangkan (musim 3, episode 23), percayalah, bahkan penonton “tua” dengan mata sejeli gue sempat ketipu akan selingan ini. Siapa kira itu petunjuk benang merah besar yang menantikan terjadinya detik-detik ini?
Jeng-jeng, barulah semuanya terbongkar bahwa ada mata-mata di antara mereka! Membuat adegan pertama yang membekas dan mewakili aura keseluruhan peran bukan perkara mudah. Banyak jebakannya bahkan. Di sini, Kaizo langsung naik ke peringkat kedua Daftar Kemunculan Antagonis Mengesankan bagi gue setelah Azula.
Berbicara tentang motivasi, pastinya harus menarik garis ke belakang. Setelah identitas Fang yang merupakan plot twist lapis pertama terbuka, dibuka lagi bahwa nyatanya kehadiran Fang memanglah skenario Kaizo.
Yang bikin seru, motivasinya sendiri tidak membuat dia terbentuk sebagai karakter satu dimensi. Dialah alien pertama yang kepentingannya bukan sekadar mencari koko Tok Aba, melainkan merebut kuasa-kuasa untuk pasukannya.
Mengirim Fang ke bumi adalah pedang bermata dua bagi Kaizo. Siapa kira pemilik kekuatan incarannya berupa bocah-bocah SD seumuran adiknya? Siapa sangka keadaan malah membalikkan si Fang bersekutu dan berkawan dengan tim Boboiboy? Istilahnya, rencana dengan teori memang mendekati sempurna, tetapi sewaktu dipraktikan malah diganggu partikel-partikel tak diharapkan, maksudnya “perasaan”.
Kaizo bukan tokoh labil yang masih mencari arah ke sana sini. Selain umurnya yang sudah tidak masuk kategori remaja, penggambaran sosok dewasanya sejalan dengan motivasinya pula. Dia paham apa yang harus dilakukan, apa pun keputusan dan caranya hidup pastilah berdasarkan alasan kuat. Ini terlihat dari penyamarannya sebagai Abang Kassim, tukang laundry nyeleneh yang tiga ratus enam puluh derajat terbalik dari penokohannya. Namun perlu diperhatikan lagi, semua ini tidak mengguncang motivasinya untuk memburu bola kuasa yang sejak awal sudah kepala batu. Meski menurut gue justru penyamarannya menciptakan kontradiksi akan sejarah tokohnya sendiri. Maksud gue, kenapa dia bisa semudah itu menipu musuh dengan sama sekali tak mengenali wujudnya yang hanya dirombak hairstyle dikit, padahal katanya dia pemberontak paling terkenal sejagad raya?
![]() |
Abang Kassim, tukang ngucek kapal angkasa dengan diskon gede-gedean. |
Bisa disimpulkan, motivasi Kaizo selalu berpegang teguh dengan kekonsistenan. Artinya, tidak terlihat adanya redemption arc alias proses taubat yang mempengaruhi caranya mengambil keputusan. Bedanya, di seri BOBOIBOY awal, kita kira dia cuma tokoh egois yang memaksa orang demi kepentingan sendiri, sementara dalam BOBOIBOY GALAXY, barulah terkuak Kaizo berperan penting di organisasi pelindung kuasa-kuasa tersebut. Motivasinya ini mengubah penggambarannya sebagai villain menjadi anti-hero.
Curhat: Lo tahu apa yang masih kurang? Penayangan origin Kaizo dan Fang. Entah keluarganya, proses Kaizo jadi pemberontak galaksi apalah itu, bahkan masa-masa awal dia masuk Tapops hingga jadi kapten. Semuanya sayang banget bila dilewatkan, men! Dimohon, Monsta, percayalah merilis kisah ini akan menambah pemasukan kalian!
Edit: jir! Gue baru baca komik limited edition tentang Kaizo vs Borara. Ini artikel udah full spoiler banget buat versi animasinya, tapi bagian ini big no, deh. Kalian harus penasaran! Kalian harus baca sendiri! Ternyata oh ternyata dia punya guru, namanya ... Oalah, ternyata "kuasa"-nya tuh dari...
Lagi-lagi gue dibuat kagum oleh tim kreator dan penulisnya. Tatapan menusuk dengan iris merah, sekalinya senyum langsung meremehkan, bahkan gue naksir dengan pemilihan voice actor-nya, Harris Alif, andai tidak diganti.
Curhat personal sebagai penonton Indonesia tanpa subtitle: di beberapa keadaan, otak gue nggak nyampe ke kosa kata yang dia pake. Kedengarannya, semacam bahasa Melayu level tinggi, mau nyari arti nggak tahu teksnya, didiamkan penasaran. Maaf, Zo, gue belum bisa jadi calon yang sempurna.
![]() |
Kiri: Harris Alif, doi juga penyanyi lho, gengs. Kalo kepengin mengkhayal gimana Kaizo bucin, stalk aja kanal Youtube-nya. |
Menilik sudut pandang usia SMP ke bawah, gue beranggapan mereka akan memandang tokoh Kaizo sebagai seseorang yang menakutkan dan harus ditunduki tanpa komentar. Suatu penggambaran realistis bila menempatkan diri di posisi Fang, adiknya. Si penonton bisa saja bersyukur belum pernah berhadapan dengan sosok sepertinya, atau justru kebalikannya. Malah, tak menutup kemungkinan penonton cilik meniru karakternya di dunia nyata. Yang terakhir terdengar berbahaya, di sinilah fungsi orang tua mendampingi tontonan anak.
Di antara tiga kemungkinan "efek Kaizo" kepada anak-anak, yang ingin gue jadikan bahasan adalah perasaan relatable penonton kepada Fang. Berkhianatnya sang adik di episode terakhir sesungguhnya bisa menjadi bahasan panjang tersendiri. Berbicara dari sudut pandang sang adik, ekspresi Fang ketika Kaizo memutuskan untuk pergi usai mengantarnya ke bumi juga haram diremehkan. Perasaan tak diharapkan serta pemikiran dikhianati pastinya tak luput merayap di kepala dan hati. Padahal boleh jadi semua itu bukan sepenuhnya Kaizo tidak peduli, mungkin sudah menganggap Fang cukup dapat diandalkan dalam misi beratnya ini. Menurut gue ini merupakan sisipan tim kreator BOBOIBOY menyamarkan unsur abuse relationship realistis yang tetap mengandung makna kebaikan dalam keluarga.
Beragamnya pandangan anak kecil, berbeda pula persepsi jenjang SMP ke atas--ini bagian paling gue tunggu-tunggu untuk diketik! Nama Kaizo dan kata kepemimpinan sudah jodoh. Walau miris banget, sifat maruk dan galaknya berhasil mengurangi kualitas seorang leader sempurna. Meski begitu, adegan kemunculan yang mengguncang degup jantung berhasil mengirim aura superior yang melekat ke hati. Dialog-dialog mengintimidasi juga ditunjukkan tanpa berlebihan. Untuk ukuran animasi anak, tokoh sekeras Kaizo lumayan benar menggambarkan “orang dominan tuh gini”.
Dari yang gue amati, Kaizo ini tipe karakter yang wataknya tidak menghambat kekuatan dalam dirinya. Yang berarti, prinsip kekerasan dan tegasnya bergaris lurus dengan tujuan serta kuasanya untuk meraih misi pribadi. Biasanya, ciri-ciri ini digunakan untuk membentuk antagonis sekeras gunung yang sulit dirobohkan. Beruntung dia bukan tokoh remaja labil hobi membully. Salah satu jalan untuk menaklukan antagonis model begini adalah mencari celah tanpa mengusik pokok motivasinya sendiri. Di cerita ini, itulah yang digunakan protagonis. Mengalahkan Kaizo tidak membuat Boboiboy menghentikan misinya, melainkan mengubah cara pandangnya terhadap kemampuan sang adik serta kawan-kawan.
Secara personal, terdapat beberapa hal dalam watak Kaizo yang bikin perut gue ditonjok, “woy, nih kartun nyindir ane?” Pengembangan sifat sombongnya saat by one melawan Junglenut yang jelas-jelas bisa dibantu Fang dan Boboiboy. Bisa ditebak apa? Yep, ketidaksudiannya dikasihani dan adanya orang ikut campur. Bahkan oleh adik kandung sendiri yang berakhir Fang kecelakaan, diikuti dia mengizinkan Boboiboy menghabisi sang raksasa dengan kuasa halilintarnya.
Selain itu, ada pula kehausannya akan kualitas terbaik. Antara perfeksionis atau rakus memang samar, sih. Prinsip yang menjadi dasar pandangannya terhadap kehebatan Boboiboy. Hal ini menambah argumentasi gue untuk pokok sebelumnya. Dari sini, kita bisa melihat Kaizo agaknya mengesampingkan adik sendiri dengan memandang sang tokoh utama lebih bisa diandalkan. Siapa yang salah? Tidak ada. Fang hanya berperan sebagai adik yang mencoba membantu, Boboiboy bertanggung jawab sebagai anggota organisasi, sementara Kaizo tetap menjadi diri sendiri. Meski penonton dibuat geregetan setengah mati, gue bersyukur Kaizo dibentuk tidak sempurna dan serealistis ini.
◆◆◆
Boleh jujur, penulisan rentetan sifat kerasnya justru bisa berakibat fatal. Semuanya memang dipadukan tidak membentuk sebuah gary sue, alias tokoh tanpa kekurangan yang tidak manusiawi. Justru baguslah kekurangan Kaizo terlihat jelas di watak sombong dan kerasnya. Sayangnya, itulah yang mengkhawatirkan akan terciptanya kesan membosankan untuk si tokoh ke depan. Plot terus maju, tetapi sang karakter seakan tetap berjalan di tempat. Kesan awal kemunculannya bisa dibilang menggelegar, tetapi akankah kreator tetap membiarkannya teguh sekuat gunung kebal terhadap konflik baru? Ataukah tim kreator akan nekat menjomplangkan genre yang tadinya ramah anak-anak, ditambahkan bumbu romansa? Kalau sampai iya, get ready for potek then. Gue rasa inilah tantangan penulis yang sudah terlanjur menggenggam nyawa di tangannya.
Gue tahu tim kreatif mengerti betul pemasaran kartun ini jatuhnya ke mana, tentunya menuju mayoritas anak-anak berusia satu digit. Akan tetapi, gue agak kecewa karena justru itulah pengembangan Kaizo makin ke sini terlihat menurun dari kemunculannya yang menghebohkan. Yah, resiko mencintai tokoh fiksi. Bila targetnya anak-anak, malah berkemungkinan kecil tidak dikembangkan terlebih karena karakternya sudah rumit semenjak awal, bila targetnya remaja dewasa, bisa-bisa diberi fanservice tak masuk akal yang berakhir merusak ekspektasi dan hati kita.
Sebenarnya, kita pasti baik-baik saja dengan keadaan ini, dengan kekeluargaan fanbase BOBOIBOY yang sedamai ini, terlebih karena berhasil menghubungkan dua negara bertetangga yang sering bersitegang dalam hal tak penting. Sulitnya, perasaan penonton tak bisa disirnakan begitu saja. Gue takut bila tokohnya hanya berakhir dilupakan tanpa berkesan bagi banyak orang. Gue terlanjur sayang Kaizo, gue ingin dia membekas juga di hati kalian.
Happy Birthday, Kapten, 201104.
With love, Boyvers, Indonesia.
Komentar
Posting Komentar