Versi Terbaik dan Terburuk Seorang INTP
Versi baik (tanpa cacat.)
- Inovator tercerdas
Idenya ada aja gitu, dan bagi makhluk-makhluk ini, logika di atas segalanya.
- Kamus berjalan (Sebetulnya ini julukan dari teman :")
Ente bingung suatu hal? Tanyakan pada si dia. Ututuu, dari tadi saya membayangkan ilmuan kece, pakai jas panjang sendirian menatap jauh ke luar jendela di tengah ruangan gedung semewah kantor yang nongol di film Allegiant.
Ya, gak salah sih mengkhayal. Nyatanya INTP nggak jarang berhasil menjawab pertanyaan orang-orang sekitar yang kepo mengenai alam semesta, dengan sedikit kata berbumbu teoritis %27kdcj*9dj (sinonim bahasa Planet Atatatiga) orang yang bertanya kadang bisa puyeng dan merasa terbang ke dunia lain.
- Antara jadi anak artsy, indie, atau filsuf dadakan. Yang penting Anti-Mainstream!
Dari awal sudah ngomongin sains-sains. Sekarang giliran INTP gila seni. Di lingkungan masyarakat memang akan merasa terkucilkan, tapi (ceritanya nih) bisa menghasilkan uang dari selera uniknya. (Ceritanya lagi nih) semakin lama, hobinya yang jadi duit itu berkembang pesat. Eh, dapat teman satu selera. Bisa diajak masuk ke obrolan deep-dark-fears kapanp un! Sumpeh! Garis bawahi dah tuh "kapanpun", karena pengetahuannya memang luas, tapi mereka mana kenal angka 3:00 AM.
Versi bobrok
- Na'asnya orang yang curhat kepada dia
Makhluk ini "rada" susah memahami resahnya perasaan orang. Apalagi yang hanya membahas soal emosi. Temannya ngebacot percintaan, sedihnya jemuran hari ini kering lalu nyebur parit, telat masuk karena malamnya begadang mikirin do'i, semuanya dicuekin. Jujur, topik semacam ini akan kurang menarik di telinga INTP, sori kawan.
Tentu, saya ada saran supaya bisa berbincang dengan mereka. Cari topik berat. Kalau kamunya nggak tertarik sama yang begini, ada dua jurang yang tersisa :) mending kabur, atau curhat sesuatu yang memicu dia menyelidiki. Memintanya solusi lebih meningkatkan gairah pada obrolan tersebut, dibanding hanya disuruh didengarkan. Lagipula INTP suka lupa masalah orang, akibat terlalu banyak pikiran.
- Professional negative thinker
Alaaa sedih kali hari ni … harusnya aku tak menyuruh bang Gojek lewat jalan tu. Udahlah macet, dia jadi kena polusi berlebih pula. Halah, kenapa pula nih kota polusinya banyak? Efek kapitalis doyan beli kendaraan pribadi buat naikin status sosial mungkin ya--
Aduh, harusnya aku tak usah cakap apa-apa tadi. Apa ucapanku sombong?
Oh iya, anak baru di kelas itu indigo, dia bilang bisa baca pikiran orang. Apa kalau sekarang gue lagi mikirin tentang dia bisa baca pikiran, berarti dia tahu kalau gue lagi mikirin dia yang bisa baca pikiran? Apakah suatu hari nanti dia akan bicara atau marah sama gue karena udah melanggar privasinya supaya tidak mikirin kalau dia bisa baca pikiran...
Berlanjutlah terus sampai pikiran negatif itu jadi lebih negatif lagi. Gitu aja terus sampai Yoon Jeonghan jadi Deidara.
Gambar hanya clickbait yang nggak ada hubungannya sama sekali |
- Kepercayaannya seukuran upil
Upil kan kecil, udahlah seuprit, bentuknya gampang berubah pula, apalagi kalau dimain-mainin. Mengertilah.
- Projek diulur-ulur
Fix, libur mau belajar bahasa Korea sambil nonton Vlive. [Translate:] Berakhir gabut-gabutan di Youtube.
Gue udah kelas 11. Waktunya rajin belajar buat SBMPTN. [Translate:] Berakhir ngabisin waktu di Webtoon.
Resolusi tahun ini, harus bikin komik sendiri. [Translate:] Nyatanya banyak tugas sekolah. Akibat nggak bisa manage waktu, resolusi tersebut pun mundur ke tahun berikutnya.
Mau selesain ngetik novel. [Translate:] Keterusan baca Quora.
Sebenarnya semua orang bisa begini, tapi keseringan faktor penguluran itu bukan akibat main game, nongkrong-nongkrong, chatting-an (astaga, punya teman aja nggak). Melainkan lagi-lagi kebanyakan mikirnya doang.
- Tak ada yang paham maksud dia apa
Mereka mengerti orang-orang (dari perilaku, ucapan, raut muka, dst. Berbeda dari INFJ yang "bisa jadi" paham betul emosi manusia), tapi tidak ada yang mengerti nih orang ngomong apa.
Masuk ke ranah komunikasi. Kami ini setuju dengan kalimat "yang jago mikir susah ngomong, yang jago ngomong kadang gak mikir" untuk beberapa keadaan.
Mungkinkah ini yang sedang saya lakukan? Apa bisa jadi tulisan saya kurang dimengerti kalian, pembaca? Saya pun masih berusaha belajar menyederhanakan penulisan non fiksi.
Akhir kata, versi terbaik hanya fiksi karena gak ada kekurangan. Versi bobrok hanya bualan karena cuma kelemahan.
Disclaimer: Kesempurnaan dalam jawaban ini hanya khayalan.
Bcs INTP(s) be like:
Komentar
Posting Komentar