K ita tak asing mendengar persoalan anak pintar susah bergaul dan anak gaul sulit berprestasi. Ada saatnya “Si Ambisius” merasa kendor melihat “Si Gaul” makin bersinar di pertemanannya. Ada kalanya pula “Si Gaul” menciut menatap kemilau piala dan medali “Si Ambisius”. Padahal mereka sama-sama murid, apa yang menjadi ketimpangan strata keduanya? Kenapa rasanya dua porsi ini seolah bagaikan air dan minyak dalam satu tubuh? Sejak kecil, kita semua dibisikkan orang tua, “rajin-rajin ya, Nak, supaya cepat pandai” sekaligus “jadilah anak baik, supaya kamu dapat teman banyak.” Tanpa melebarkan mata bahwa kedua pedoman tersebut agaknya kontradiktif. Kontradiksi antara keinginan melonjakkan akademis dan karakter ini bermula dari ketika pagi, siang, sore, dan malam pelajar dituntut untuk tunduk di depan buku demi merangkak naik ke puncak tertinggi, sedangkan dunia kerja justru menuntut kita membangun relasi dan keprofesionalan menempatkan diri. Simpelnya, kita diajarkan teorema-teor...